Sebutkan dan jelaskan ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan

Discussion in 'Sosiologi' started by gurumonica, Nov 17, 2015.

ads

  1. gurumonica

    gurumonica Administrator Staff Member

    Sebutkan dan jelaskan ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan ?

    Sepintas terlintas dalam dalam pikiran kita apabila mendengar kata sosiologi adalah tentang ilmu sosial, non-exacta lebih tepatnya. Lantas bagaimana ciri dari sosiologi dikatakan sebagai ilmu pengetahuan? Tentu untuk mengetahui itu semua, kita harus tahu lebih dahulu apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan itu sendiri.

    Soerjono Soekanto berpendapat bahwa “ilmu adalah kumpulan dari pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika)”. Sedangkan pengetahuan muncul karena adanya rasa ingin tahu dalam diri manusia akan suatu hal tertentu, terutama hal-hal baru. Dalam artian, suatu pengetahuan bisa dikatakan sebuah ilmu apabila sudah bisa teruji kebenarannya secara ilmiah. Apabila tidak, maka pengetahuan tersebut belum bisa dikatakan sebagai ilmu.

    Lantas bagaimana dengan sosiologi, apakah sudah termasuk sebagai ilmu pengetahuan? Berikut beberapa syarat yang membuktikan bahwa sosiologi memang layak dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, diantaranya:

    1. Sosiologi memiliki sifat empiris, yaitu sosiologi didasarkan pada suatu observasi atau pengamatan akan sebuah kenyataan, akal pemikiran (logika), dan hasilnya bukan berdasarkan kira-kira (spekulatif), tetapi bersifat objektif.
    2. Sosiologi memiliki sifat teoritis, yaitu dalam sosiologi selalu ada penyusunan akan observasi dari hasil-hasil observasi yang telah dilakukan dan tersusun secara logis. Sehingga mampu menjelaskan antar hubungan dan sebab akibat untuk menjadi sebuah teori.
    3. Sosiologi memiliki sifat komulatif, yaitu teori-teori sosiologi sudah ada sebelumnya, yang artinya memperbaiki, memperluas, dan diperlurus teori-teori tersebut.
    4. Sosiologi memiliki sifat non etis, yaitu sosiologi memberikan penjelasan akan fakta-fakta secara analitis dalam masyarakat.
    Ditambah lagi, sosiologi dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena mempunyai beberapa sifat hakikat, diantaranya:

    1. Sosiologi merupakan salah satu diantara sekian banyak ilmu sosial yang ada, bukan ilmu alam (IPA) maupun ilmu kerohanian (agama).
    2. Sosiologi memiliki sifat kategoris, yakni memberikan batasan-batasan tersendiri dari apa yang terjadi.
    3. Sosiologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan murni (lebih pada teori), bukan ilmu pengetahuan terapan (lebih pada keteknikan dan aplikasi).
    4. Sosiologi bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang abstrak, dalam artian lebih memperhatikan pada pola akan kejadian atau peristiwa yang terjadi di kalangan masyarakat.
    5. Sosiologi memiliki tujuan untuk menghasilkan atau memberikan output-output berupa pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi terfokus dalam meneliti dan mengamati prinsip dan hukum-hukum dari interaksi yang terjadi antar manusia, baik dari perilaku sifat, hakikat isi, dan struktur masyarakatnya.
    6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang rasional-empiris, dalam artian sesuai ataupun tidak menyimpang dari pemikiran sehat (logika) dan fakta-fakta yang bersifat objektif.
    7. Sosiologi termasuk dalam kategori ilmu pengetahuan umum, bukan ilmu pengetahuan khusus. Artinya sosiologi melakukan observasi (pengamatan) dan mempelajari gejala-gejala umum yang terjadi dalam setiap interaksi masyarakat sesuai fakta-fakta (empiris).
    Sedemikian sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengungkapkan fakta sosial dan budaya (sifat, perilaku, struktur hingga perubahannya) yang ada di dalam masyaraka dengan cara observasi yang sistematis dan dapat diuji atau dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, yang artinya tidak menyimpang dari logika (rasional).

    Soerjono Soekanto juga berpendapat bahwa beberapa teknik riset yang biasa digunakan dalam sosiologi untuk melakukan observasi (pengamatan) secara ilmiah antara lain:

    1. Metode kualitatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan atau menyebutkan hasil pengamatan penelitian dan data tidak dapat dihitung secara matematis, diantaranya:
      • Metode historis, asal muasal ataupun sejarah, yaitu melakukan analisis terhadap kejadian-kejadian masa lalu untuk melakukan perumusan prinsip-prinsip umum.
      • Metode komperatif atau perbandingan, yaitu melakukan perbandingan terhadap sekian banyak masyarakat yang ada.
      • Metode studi kasus, yaitu melakukan penelitian terhadap kebenaran akan kejadian-kejadian tertentu, dengan cara membuat daftar pertanyaan, melakukan wawancara dan pengamatan partisipasi.
    2. Metode kuantitatif, yaitu dengan cara memfokuskan keterangan melalui angka (perhitungan) atau bisa dikatakan bahwa kejadian-kejadian yang diteliti dapat diukur dengan skala, indeks, tabel, dan formula/rumus. Di mana skala yang dimaksud ini adalah metode statistik, yaitu melakukan kuantifikasi terlebih dahulu terhadap kejadian-kejadian sebelum adanya proses analisis.
     

    ads

ads

Share This Page