Bagaimana adaptasi tubuh manusia terhadap kadar oksigen yang rendah di pegunungan

Discussion in 'Biologi' started by Giovani Malinda, Jan 16, 2016.

ads

  1. Giovani Malinda

    Giovani Malinda Active Member

    Bagaimana adaptasi tubuh manusia terhadap kadar oksigen yang rendah di pegunungan ?

    Setiap makhluk hidup melakukan adaptasi di setiap lingkungan yang berbeda-beda. Adaptasi ini dilakukan agar organisme tetap bertahan hidup, dan hal ini menyebabkan adanya ciri-ciri khas yang dimiliki setiap organisme yang memiliki lingkungan hidup yang berbeda. Adaptasi ini mencakup adaptasi morfologi (bentuk tubuh), adaptasi fisiologi (fungsi tubuh), dan adaptasi tingkah laku.

    Tidak hanya hewan dan tumbuhan, manusia juga melakukan adaptasi yang berbeda sesuai lingkungan hidup masing-masing. Pada manusia yang hidup di pegunungan, pantai, atau perbukitan memiliki adaptasi yang berbeda, terutama dalam adaptasi fisiologi.

    Berikut ini akan dibahas adaptasi fisiologi pada manusia yang hidup di pegunungan.

    Manusia yang tinggal di dataran tinggi akan menyesuaikan jumlah darah merah (eritrosit) pada keadaan jumlah oksigen yang rendah. Manusia yang tinggal di dataran tinggi akan menghasilkan lebih banyak hemoglobin daripada manusia yang tinggal di pantai.

    Dengan menghasilkan lebih banyak hemoglobin, maka manusia akan menyimpan lebih banyak oksigen sebagai persediaan untuk membuat tubuh lebih hangat. Karena itulah seringkali kita melihat orang-orang dari pegunungan akan memiliki kulit yang lebih merah akibat produksi sel darah merah yang lebih banyak dari manusia normal.

    Manusia yang tinggal di pegunungan lebih dianjurkan untuk mengonsumsi alkohol dalam jumlah cukup untuk membantu menghangatkan tubuh dan membantu menyimpan oksigen. Selain alkohol, manusia pegunungan juga sering menghangatkan tubuh dengan mengonsumsi herbal khusus yang bisa membantu menghasilkan lebih banyak sel darah merah.
     

    ads

ads

Share This Page