Apa yang Dimaksud Abris Sous Roche Dan Kjokkenmoddinger?

Discussion in 'Sejarah' started by gurumonica, Nov 17, 2015.

ads

  1. gurumonica

    gurumonica Administrator Staff Member

    Apa yang Dimaksud Abris Sous Roche Dan Kjokkenmoddinger? ?

    Bila berbicara tentang abris sous roche dan kjokkenmoddinger, maka kita akan melakukan suatu flash back atau refleksi ke zaman dahulu, zaman pra sejarah. Pada zaman pra sejarah atau yang biasa disebut juga zaman pra aksara, di mana banyak menghasilkan beberapa kebudayaan seperti kebudayaan paleothikum (batu tua), kebudayaan mesolithikum (batu madya), kebudayaan neolithikum (batu baru), kebudayaan logam, dan kebudayaan megalithium.

    Istilah abris sous roche dan kjokkenmoddinger mulai dikenal pada zaman mesolithium, yang berarti merupakan hasil-hasil penemuan yang ditemukan pada saat itu. Zaman mesolithium merupakan zaman batu pertengahan atau peralihan antara zaman paleothikum (batu tua) dan neolithikum (batu baru). Sesuai dengan kata mesolithikum yang merupakan bahasa Yunani, yang berasal dari kata mesos berarti pertengahan dan lithos berarti batu. Pada zaman ini, alat-alat yang digunakan sudah mengalami perkembangan dari yang sebelumnya berasal dari batu-batu yang sangat besar sudah mulai berganti menjadi sederhana, yaitu dengan memakai tulang.

    Di Indonesia sendiri, kehidupan pada zaman ini juga tidak jauh berbeda. Masyarakat sudah mulai bertempat tinggal sedikit menetap, yang artinya sudah tidak sering berpindah-pindah dan mulai bercocok tanam secara sederhana. Yang mana pada umumnya tempat tinggal mereka berada di tepi-tepi pantai dan goa-goa. Sehingga tak jarang kalau bekas-bekas peninggalan kebudayaannya sering ditemukan di lokasi-lokasi tersebut seperti abris sous roche dan kjokkenmoddinger sendiri.

    Abris sous roche merupakan goa yang menyerupai ceruk batu karang yang digunakan sebagai tempat tinggal oleh manusia pada saat itu. Bentuknya yang berupa ceruk-ceruk di dalam batu karang cukup untuk memberikan perlindungan dari sengatan matahari pada siang hari dan dinginnya udara pada malam hari. Penelitian pertama tentang abris sous roche dilakukan pada tahun 1928-1931 oleh Dr. P. V. Stein Callecels di goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur. Di tempat itu ditemukan beberapa alat seperti batu penggiling, kapak, ujung panah dari batu, alat dari tulang dan tanduk hewan yang digunakan untuk berburu dan lainnya. Dikarenakan yang ditemukan rata-rata adalah alat-alat dari tulang, maka disebut Sampung Bone Culture. Penemuan lain akan kebudayaan abris sous roche juga diperoleh di Lamancong, Sulawesi Selatan, dikenal dengan sebutan kebudayaan Toala. Penemuan semakin diperkuat dengan ditemukannya alat-alat yang hampir sama di daerah Timor dan Rote, Papua oleh Alferd Buhler, yang diduga merupakan peninggalan Ras Papua Melanesoide/Melanesia.

    Sedangkan kjokkenmoddinger yang berasal dari kata kjokken berarti dapur dan modding berarti sampah, yang berarti sampah dapur merupakan penemuan yang ditemukan di sepanjang pantai timur pulau Sumatera. Disebut sebagai sampah dapur karena berupa tumpukan dari hasil penangkapan siput dan kerang setinggi 7 meter. Dr. P. V. Stein Callecels yang pada saat itu melakukan penelitian, tepatnya tahun 1925, menduga bahwa manusia pada saat itu bergantung pada siput dan kerang. Penumpukan sampah akan hewan tersebut yang berupa kulit dan sebagainya juga diduga terjadi sangat lama sekali dilihat dari tingginya tumpukan yang dihasilkan. Penemuan lain yang diperoleh adalah alat-alat seperti penggiling batu dan kapak genggam atau biasa disebut pebble, ada juga yang menamakannya kapak Sumatera.
     

    ads

ads

Share This Page